Rabu, 02 September 2015

Kewargaan Digital (Digital Citizenship)

Kewargaan Digital (Digital Citizenship)
1. Kewargaan Digital
Dalam hal berkomunikasi, dunia maya tidak jauh berbeda dengan dunia nyata. Komunikasi
antarindividu, maupun beberapa individu sekaligus dapat terjadi baik di dunia maya maupun
dunia nyata. Tidak heran, berbagai karakteristik, pribadi, ide, maupun tujuan yang berbeda
dapat tertuang di dunia maya. Namun, sifat dunia maya yang tidak mempertemukan individuindividu
tersebut secara langsung dapat mendorong menipisnya, bahkan hilangnya normanorma
sopan santun, tanggung jawab, dan etiket dalam berkomunikasi.
Apakah Anda menggunakan Internet untuk berbagi pakai (share) informasi tentang diri Anda
dan rekan lain, berkomunikasi dengan kawan-kawan, mengomentari yang Anda lihat secara
daring, bermain games, mengunduh bahan untuk mengerjakan tugas, atau membeli barang
secara daring? Jika Anda menjawab “ya” pada salah satu saja, dapat dikatakan bahwa Anda
adalah seorang “Warga Digital”.
Warga digital adalah orang yang sadar apa yang baik apa yang salah, menunjukkan
kecerdasan perilaku teknologi, dan membuat pilihan yang tepat ketika menggunakan teknologi.
Warga digital merupakan individu yang memanfaatkan TI untuk membangun komunitas,
bekerja, dan berekreasi. Warga digital secara umum telah memiliki pengetahuan dan
kemampuan mengoperasikan TI untuk berkomunikasi maupun mengekspresikan sebuah ide.
Contohnya bermain facebook, menulis blog, mencari informasi di forum, dan lain-lain. Sama
halnya dengan warga dunia nyata, semua warga digital memiliki kewajiban untuk menjaga
etiket dan norma, serta memiliki rasa tanggung jawab di dunia maya.
Mengapa kewargaan digital itu penting? Jika Anda ingin memperoleh yang terbaik dalam
menggunakan Internet dan menjaga keamanan serta kesehatan Anda dan rekan, gunakan
bahan-bahan berikut ini untuk mempelajari bagaimana menjadi warga digital yang positif.
Kewargaan digital dapat didefinisikan sebagai norma perilaku yang tepat dan bertanggung
jawab terkait dengan penggunaan teknologi.
Rentang usia warga digital mulai bergeser, seiring dengan semakin mudahnya akses teknologi,
tampilan dan fitur yang semakin memanjakan pengguna, membuat anak-anak di usia belia telah
dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk berkomunikasi, mencari dan bertukar informasi di
dunia maya. Usia yang masih belia semakin membuka kemungkinan adanya pelanggaran
norma-norma maupun penyebaran informasi penting yang dapat disalahgunakan oleh pihak
pihak yang tidak bertanggungjawab.
Kewargaan digital adalah konsep yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan
mengenai penggunaan teknologi dunia maya dengan baik dan benar. Penggunaan teknologi
dunia maya dengan baik dan benar memiliki banyak implikasi, pemilihan kata yang
berkomunikasi, tidak menyinggung pihak lain dalam update status, tidak memberikan informasi
penting kepada publik, tidak membuka tautan yang mencurigakan, dan lainnya
2. Komponen Kewargaan Digital
Kewargaan digital dapat dibagi menjadi 9 komponen, yang dikategorikan menjadi 3
berdasarkan pemanfaatannya.

Gambar 1 menunjukkan 3 (tiga) lingkungan dan 9 (sembilan) komponen pener
Digital.
gjawab.
Gambar1: Lingkungan Digital Siswa
enunjukkan pihakadalah
tepat dalam
lainnya.
penerapan Kewargaan
a. Lingkungan belajar dan akademis
IT telah menjadi bagian dari lingkungan belajar dan akademis. Baik pengajar dan siswa secara
aktif memanfaatkan IT dalam mencari informasi, data, maupun literatur yang digunakan untuk
keperluan akademis. Beberapa komponen Kewargaan digital yang perlu diperhatikan dalam
pemanfaatan ICT untuk lingkungan belajar dan akademis adalah:
Komponen 1. Akses Digital
Setiap orang seharusnya memiliki hak yang sama dalam mengakses fasilitas IT. Namun
kemudian, setiap pengguna TIK harus menyadari bahwa tidak setiap orang memiliki
kesempatan yang sama dalam mengakses teknologi, baik itu dibatasi oleh infrastruktur maupun
oleh lingkungan komunitas pengguna itu sendiri. Belajar menghargai hak setiap orang untuk
memiliki akses ke teknologi informaasi, serta berjuang untuk mencapai kesetaraan hak dan
ketersediaan fasilitas untuk mengakses teknologi informasi merupakan dasar dari kewargaan
digital.
Keterasingan komunitas secara digital mengakibatkan sulitnya perkembangan suatu lingkungan
dikarenakan terbatasnya informasi dari masyarakat dan komunitas dari daerah lain yang telah
memanfaatkan teknologi informasi. Setiap warga digital juga harus menyadari faktor-faktor
penghambat akses ke teknologi informasi, mulai dari faktor infrastruktur hingga faktor adat dan
budaya.
Seiring berkembangnya teknologi, akses digital juga semakin mudah diperoleh, sehingga
tantangan terbesar selanjutnya adalah pembiasaan terhadap pemanfaatan teknologi itu sendiri.
Komponen 2. Komunikasi Digital
Dalam lingkungan belajar, akademis, maupun lingkungan kerja dan masyarakat umum
nantinya, komunikasi merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap orang untuk dapat
bertukar informasi dan ide. Komunikasi dapat dilakukan secara satu arah, dua arah,
antarpribadi maupun komunikasi dalam forum.
Perkembangan teknologi digital telah mengubah sikap seseorang dalam berkomunikasi.
Berbagai bentuk komunikasi digital telah tersedia, seperti e-mail, sms, chatting, forum, dan
berbagai bentuk lainnya, memungkinkan setiap individu untuk terus dapat terhubung dengan
individu lainnya.
Setiap warga digital diharapkan dapat mengetahui berbagai jenis komunikasi menggunakan
media digital. Warga digital juga diharapkan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
setiap jenis komunikasi tersebut, sehingga dapat memilih penggunaan komunikasi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan.
Komponen 3. Literasi Digital
Dunia pendidikan telah mencoba untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses
belajar mengajar, sehingga siswa mampu menggunakan teknologi digital untuk mencari dan
bertukar informasi. Namun pada kenyataannya, teknologi yang digunakan dalam dunia kerja
sedikit berbeda dengan yang digunakan di sekolah. Berbagai bidang pekerjaan seringkali
memerlukan informasi yang aktual dan bermanfaat, pekerja dituntut memiliki kemampuan untuk
mencari dan memproses data secara kompleks dalam waktu yang singkat. Sementara itu,
ketergantungan siswa pada pengajar belum seirama dengan tuntutan dunia kerja.
Literasi digital merupakan proses belajar mengajar mengenai teknologi dan pemanfaatan
teknologi. Pelajar dan pengajar diharapkan dapat belajar apa saja, kapan saja, dan dari mana
saja. Saat teknologi baru muncul, para pelajar dan pengajar diharapkan dapat beradaptasi
secara cepat dan tidak terpaku pada satu jenis teknologi.
b. Lingkungan sekolah dan tingkah laku
Komponen 4. Hak digital
Sama halnya dengan perlindungan hak asasi di dunia nyata, para warga digital juga memiliki
perlindungan hak di dunia digital. Setiap warga digital memiliki hak atas privasi, kebebasan
berbicara, dll. Hak tersebut haruslah dipahami oleh setiap warga digital.
Dengan adanya hak tersebut, setiap warga digital juga memiliki beberapa kewajiban yang
harus dipenuhi. Setiap warga digital harus ikut membantu pemanfaatan teknologi secara benar,
mengikuti tata krama yang berlaku, baik yang tersirat maupun tersurat. Contoh nyatanya
adalah: tidak melakukan pembajakan konten, tidak menyebarkan informasi palsu, tidak
memancing emosi pengguna teknologi informasi lainnya.
Komponen 5. Etiket digital
Seringkali pengguna teknologi digital tidak peduli dengan etiket penggunaan teknologi, tetapi
langsung menggunakan produk tanpa mengetahui aturan serta tata krama penggunaannya.
Atau sudah mengetahui tetapi menganggap etiket digital tidak terlalu penting untuk
diperhatikan. Seringkali para pengguna digital melupakan bahwa walaupun dalam dunia digital
para pengguna tidak saling bertatap muka, tetapi perlu diperhatikan bahwa di balik setiap akun,
di balik setiap posting forum, terdapat individu lainnya yang dapat tersinggung jika Anda
melanggar tata krama.
Etiket digital dibuat dengan tujuan untuk menjaga perasaan dan kenyamanan pengguna
lainnya. Namun peraturan saja tidak cukup. Seringkali para pengguna tidak mengetahui aturan
tersebut, ataupun malas membaca peraturan. Kita juga harus mengajarkan setiap pengguna
teknologi digital untuk bertanggungjawab dalam pemanfaatan teknologi.
Komponen 6. Keamanan digital
Dalam setiap komunitas terdapat individu yang mencuri karya, merusak, ataupun mengganggu
individu lainnya. Meskipun tidak boleh berburuk sangka, kita tidak dapat mempercayai
seseorang begitu saja, karena hal tersebut akan beresiko terhadap keamanan kita. Hal ini
berlaku juga dalam dunia digital.
Dalam dunia nyata kita membangun pagar, mengunci pintu, menambahkan alarm dalam rumah
kita dengan alasan keamanan. Hal yang sama juga perlu diterapkan dalam dunia digital, seperti
meng-install antivirus, firewall, mem-backup data, dan menjaga data sensitif seperti username
dan password, nomor kartu kredit, dll. Sebagai warga digital, kita harus berhati-hati dan
menjaga informasi dari pihak yang tidak bertanggungjawab.
c. Kehidupan siswa di luar lingkungan sekolah
Komponen 7. Hukum digital
Hukum digital mengatur etiket penggunaan teknologi dalam masyarakat. Warga digital perlu
menyadari bahwa mencuri ataupun merusak pekerjaan, data diri, maupun properti daring orang
lain merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Contoh perbuatan yang melanggar hukum
antara lain: meretas informasi atau website, mengunduh musik ilegal, plagiarisme, membuat
virus, mengirim-kan spam, ataupun mencuri identitas orang lain.
Hukum siber (cyber law) di Indonesia sendiri dapat dikategorikan menjadi 5 aspek besar.
- Aspek hak cipta
- Aspek merek dagang
- Aspek fitnah dan pencemaran nama baik
- Aspek privasi
- Aspek yurisdiksi dalam ruang siber
Komponen 8. Transaksi digital
Warga digital perlu menyadari bahwa sebagian besar dari proses jual beli telah dilaksanakan
secara daring. Berbagai situs jual-beli lokal dapat dengan mudah diakses oleh penjual dan
pembeli, seperti tokobagus.com, kaskus.co.id, berniaga.com, dan berbagai toko daring lainnya.
Mudahnya akses dan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan teknologi
informasi ikut mendorong tumbuhnya pasar jual beli daring di Indonesia.
Dalam jual beli daring, penjual dan pembeli perlu menyadari resiko dan keuntungan yang
didapat dari jual beli daring, mulai dari resiko penipuan, perbedaan barang yang dikirim, lama
pengiriman, hingga legalitas barang yang diperjualbelikan. Warga digital perlu mengetahui
bagaimana menjadi pembeli maupun penjual daring yang baik.
Komponen 9. Kesehatan digital
Di balik manfaat teknologi digital, terdapat beberapa ancaman kesehatan yang perlu
diperhatikan, seperti kesehatan mata, telinga, tangan, bahkan keseluruhan badan. Tidak hanya
kesehatan fisik, kesehatan mental dapat juga terancam jika pengguna tidak mengatur
penggunaan teknologi digital. Untuk mencegahnya, pengguna perlu menyadari bahaya-bahaya
yang dapat ditimbulkan oleh teknologi digital.
3. THINK
Setelah memahami 9 komponen di atas, Anda telah menyadari pentingnya kewargaan digital.
Untuk menyederhanakan 9 komponen di atas, Anda dapat menggunakan konsep “T.H.I.N.K.”
sebelum Anda berkomunikasi di dunia digital, baik itu e-mail, post facebook, twitter, blog, forum,
dll. T.H.I.N.K. merupakan akronim dari:
- Is it True (Benarkah)?
Benarkah posting Anda? Atau hanya isu yang tidak jelas sumbernya?
- Is it Hurtful (Menyakitkankah)?
Apakah post anda akan menyakiti perasaan orang lain?
- Is it illegal (Ilegalkah)?
Ilegalkah post Anda?
- Is it Necessary (Pentingkah)?
Pentingkah post Anda? Post yang tidak penting akan mengganggu orang lain
- Is it Kind (Santunkah)?
Santunkah post Anda? Tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyinggung orang lain?

1 komentar:

  1. Slots Casino Roll
    Our Slots Casino rolls out its 인생도박 lineup of exciting games, exciting promotions m w88 and a plethora 강원 랜드 여자 앵벌이 of payment options for real cash 365 벳 games. Claim 블랙 잭 만화 your Welcome bonus now! Rating: 4 · ‎Review by Casino Troll

    BalasHapus